Kamis, 13 Oktober 2011

Memacu Adrenalin di atas Papan Skateboards

Sekelompok anak muda dengan gaya celana melorot dan topi miring memasuki halaman distribution store atau Distro 18th Park di Jalan LL RE Martadinata Nomor 18, Bandung, Kamis (25/10) malam. Para pemain skateboard, yang lebih dikenal dengan istilah skater atau rider, ini membawa ransel dan menenteng papan selancar.

Sebagian memeriksa papan selancarnya. Ada juga yang memperbaiki tali sepatu sembari memerhatikan beberapa skater yang lebih dulu menunjukkan kebolehannya.

Tanpa canggung mereka bergabung dengan skater lain melintasi track lompatan (ramp) dan landaian bergantian. Sesekali para skater bersorak kagum saat ada yang berhasil membuat gerakan-gerakan sulit, seperti ollie front side atau manuver di landaian. "Anjir, alus pisan euy!" teriak seorang skater melihat aksi temannya.

Bagi para skater, olahraga skateboard merupakan salah satu cara untuk menunjukkan identitas diri sekaligus gengsi. Olahraga yang digemari para remaja dan anak muda ini menjadi salah satu ukuran keberanian mereka. Tentu saja keberanian itu diimbangi dengan kematangan kemampuan secara teknis.

"Kalau hanya mengandalkan keberanian, bisa berbahaya karena olahraga ini amat berisiko,: kata Norman Genta (20), skater yang menjuarai kompetisi skateboarding yang diadakan Indonesian

Skateboarding Association (ISA) di Manado belum lama ini. ISA merupakan wadah bagi para skater.

Genta menceritakan, ia tertarik dengan skateboarding sejak tujuh tahun lalu. Awalnya hanya menikmati skateboarding dari video game, sejenis Tony Hawk's Pro Skater, yang menjadikan Tony-legenda hidup skater dunia-sebagai tokoh utama. Lambat laun ia mulai mencoba segala trik yang dilakukan Tony di dunia nyata. "Kalau adrenalin memuncak dan berhasil landing dengan bagus, rasanya puas. Apalagi kalau ada yang nyorakin," ujarnya bangga.

Dapat sponsor

Tidak percuma Genta menggeluti olahraga yang tergolong ekstrem ini. Sebagai salah satu skater amatir berbakat yang memenangi berbagai kompetisi skateboarding, dia mendapat dua sponsor, yakni Heaven dan Volcom, distro yang menyediakan berbagai peralatan skateboarding.

Para skater yang mampu membuat sponsor jatuh hati akan mendapat berbagai fasilitas bergengsi. "Setiap bulan saya mendapat uang jajan. Setiap kali ada produk baru, saya diberi gratis. Papan selancar berikut kebutuhan lain sebagai skater pun ditanggung sponsor," kata Genta.

Dangos (26), rekan Genta, menceritakan, meskipun jumlah uang jajan dan fasilitas lain tidak terlalu besar, cara mendapatkannya yang menjadi kebanggaan. Uang jajan yang didapatkan seorang skater dari sponsor tidak lebih dari Rp 800.000 per bulan. Padahal, kebutuhan mereka bisa mencapai jutaan rupiah sebulan.

Gengsi dan kebanggaan itulah yang memicu skater-skater pemula mengikuti jejak seniornya. "Kami yang masih muda-muda ini sejak dulu ngiri dengan para senior, terutama yang sudah melegenda," kata Dangos.

Olahraga yang memicu adrenalin ini telah mengalami metamorfosis menjadi gaya hidup. Seorang skater sejati dapat dengan mudah dikenali dari cara berpakaian hingga selera musiknya. Di Bandung mereka tidak sulit ditemukan, yaitu di antara deretan distro atau anggota band. Mereka biasanya memakai celana dalam boxer dibalut celana panjang gaya hypster, dipadu kaus oblong, dan topi miring khas penyanyi rap. "Gaya para skater ini terus berevolusi sesuai tren yang berlaku," kata Ketua Umum ISA Charlie Hobbies.

Akan tetapi, belakangan ini sulit dibedakan antara skater sejati dan penyuka gaya busana skater. Pakaian ala skater telah menjadi tren. Tidak sedikit toko ataupun distro yang menjual pakaian berikut atribut berbau skateboarding dengan harga terjangkau.

Skater yang sesungguhnya adalah mereka yang kerap latihan di arena khusus skateboarding. Tempat ini antara lain ada di 18th Park, Gedung Sekolah Tinggi Bahasa Asing, dan Buqit Skatepark di Gegerkalong, Bandung. Ada juga tempat-tempat yang digunakan latihan skateboarding secara temporer, seperti Lapangan Tegallega, Gedung Sate, dan beberapa bagian jalan raya.

Charlie mengatakan, jumlah skater di Kota Bandung mencapai 1.000 orang, terdiri dari skater pemula dan amatir. Skater pemula berusia 12-24 tahun, sementara amatir 19-30 tahun. "Sebagian besar skater adalah pemain band yang ingin menyalurkan emosi dan bakatnya. Skateboarding menjadi pilihan karena dianggap ekstrem dan independen," kata Charlie.

Skateboarding awalnya lahir di California, AS, pada era 1950-an. Olahraga ekstrem yang juga disebut pertunjukan seni ini mulai merambah Indonesia pada 1975-an. Tahun 1984-2000 masa kejayaan skateboarding. Saat itu banyak anak muda memainkan olahraga ini. "Setelah sepi, tahun 2002 kembali ramai sampai sekarang," kata Charlie. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my music

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info